QOSHR DAN JAMA’

Meng-Qoshr Sholat :
Disyari’atkan bagi Musafir untuk meng-qoshr sholat ( memendekkan sholat yang terdiri dari 4 roka’at menjadi 2 roka’at )

Landasan Hukum :
- Al Qur’an  :  4 : 101
( Dan apabila kamu bepergian dimuka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqoshr sholatmu, jika kamu takut diserang orang-orang kafir )

 - Al Hadits :
( Ya’la bin Umaiyyah bertanya kepada Umar bin Khottob : Kenapakah kita masih mengqoshr sholat padahal kita sudah aman ? Umar menjawab : aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw dengan pertanyaan yang sama, kemudian beliau menjawab ; “ itu adalah shodaqoh Allah, maka terimalah shodaqohNya “ ( HR. Muslim )

- Al Ijma’ :
 Telah sepakat para Ulama’ tentang syari’at men-qoshr sholat dalam safar

Hukum Meng-qoshr Sholat :
1. Hanafiyah : wajib
2. Malikiyah : Sunnah muakkadah
3. Syafi’iyyah & Hanabilah : Ruhshoh

Jarah Safar :
1. Hanafiyah : Kurang lebih 96 km
2. Jumhur  ‘Ulama’ : Kurang lebih 89 km
3. Ibnu Qudamah : Tidak ada batas jarak

Waktu Meng-qoshr :
Setelah Musafir keluar dari kampungnya

Kapankah seorang Musafir berstatus menjadi Mukim  ?

  1. Hanafiyah : Apabila berniat untuk tinggal ditempat safarnya minimal 15 hari, kecuali apabila menunggusuatu urusan
  2. Jumhur : Apabila berniat untuk tinggal ditempat safarnya minimal 4 hari, kecuali apabila menunggu suatu urusan
  3. Ibnu Mundzir : Seorang Musafir diperkenankan meng-qoshr sholat (tetap berstatus sebagai Musafir) selama tidak ada niat untuk mukim selamanya

Bermakmumnya seorang Musafir kepada seorang Mukim atau sebaliknya :
- Seorang Musafir diperkenankan untuk bermakmum kepada seorang Mukim dengan kewajiban
   menyempurnakan sholatnya sebagaimana imamnya            
 - Seorang Mukim juga diperkenankan untuk bermakmum kepada seorang Musafir dengan kewajiban
    menyempurnakan kekurangannya

Menjama’ Sholat :
Menurut Jumhur ‘Ulama’ diperkenankan menjama’/menggabungkan antara sholat Dhuhur dan ‘Ashr dan antara sholat Maghrib dan ‘Isyak, baik dengan jama’ taqdim (jama’ diwaktu sholat yang pertama) atau jama’ ta’khir (jama’ diwaktu sholat yang kedua) dalam 3 keadaan :
1. Safar
2. Hujan
3. Jama’ di Muzdalifah dan ‘Arofah

•    Syarat Jama’ Taqdim :
1. Niat
2. Tertib
3. Berkesinambungan
4. Adanya alasan yg memperkenankan jama’ hingga berlangsungnya takbirotul Ihrom untuk sholat yg kedua
5. Terlaksananya sholat yang kedua pada waktu sholat yang pertama

•    Syarat Jama’ Ta’khir :
1. Niat
2. Adanya alasan yang memperkenankan jama’ hingga selesainya sholat yang kedua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar